Medan, Kamis 13 Maret 2025 - Di Ruang Theater Fakultas Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, acara Parlemen Goes To Campus yang didukung sepenuhnya oleh Humas DPRD Provinsi Sumatera Utara berlangsung dengan tema "Politik Cerdas, Generasi Berkualitas: Peran Mahasiswa dalam Reformasi Politik." Acara ini dipandu oleh Amy Mauliddya dan menampilkan narasumber Dr. Sutarto, M.Si, Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Utara dari Fraksi PDI Perjuangan, serta Dr. Hatta Ridho, Dekan Fakultas Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Kegiatan dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, diikuti dengan doa yang dipimpin oleh salah satu mahasiswa sebagai ungkapan harapan dan penghambaan kepada Allah SWT.
Dalam pemaparannya, Dr.Hatta Ridho S.Sos.,MSP menekankan pentingnya bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara mandiri dan objektif. Ia menjelaskan bahwa dalam proses pendidikan, kita harus menghindari terjebak dalam satu perspektif atau pandangan sempit yang dapat membatasi pemahaman kita. Berpikir secara mandiri berarti kita mampu menganalisis berbagai informasi dengan kepala dingin, mempertanyakan asumsi, dan mencari bukti yang mendukung atau membantah klaim yang ada.
Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan rajin membaca artikel dari sumber yang terpercaya dan kredibel. Artikel yang ditulis oleh para ahli di bidangnya, media profesional, atau lembaga riset independen, memberikan wawasan yang lebih luas dan mendalam tentang berbagai topik. Dengan mengakses sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, mahasiswa dapat memisahkan informasi yang valid dari hoaks atau informasi yang hanya bertujuan mempengaruhi opini publik.
Ketika kita terbiasa mencari kebenaran melalui riset yang objektif, kita tidak hanya menjadi lebih cerdas dalam menyaring informasi, tetapi juga melatih diri untuk tidak terjebak dalam bias pribadi atau opini yang keliru. Di dunia yang dipenuhi informasi dari berbagai arah, kemampuan untuk berpikir kritis dan mencari kebenaran menjadi sangat penting.
Sementara itu, Dr. Sutarto M.Si menekankan bahwa untuk memaksimalkan pelaksanaan Reformasi Politik, setiap anggota DPRD harus memiliki tanggung jawab besar terhadap masyarakat yang telah memberikan amanah kepada mereka. Salah satu aspek penting dalam menjalankan tugas ini adalah kemampuan untuk melakukan otokritik. Otokritik bukan hanya sekadar evaluasi terhadap kebijakan atau keputusan yang telah diambil, tetapi juga introspeksi terhadap sikap dan kinerja kita sebagai wakil rakyat.
Dengan melakukan otokritik, kita bisa lebih jujur dan terbuka terhadap kekurangan yang ada, baik dalam diri kita sendiri maupun dalam lembaga DPRD itu sendiri. Ini adalah langkah awal yang krusial untuk memperbaiki diri dan lembaga, serta membangun kepercayaan masyarakat. Tanpa kemampuan untuk mengkritik diri sendiri, kita akan kesulitan untuk mendengar atau menerima masukan dari pihak lain, terutama masyarakat yang kita wakili.
Otokritik juga membantu kita mengembangkan rasa empati. Dengan menyadari kekurangan dan kesalahan yang mungkin telah kita lakukan, kita akan lebih mudah memahami permasalahan yang dihadapi masyarakat. Sebagai wakil rakyat, kita tidak hanya dituntut untuk menjadi suara mereka, tetapi juga untuk mendengarkan dan merespons dengan bijak setiap kritik dan saran yang datang.
Dengan demikian, otokritik bukan hanya sekadar evaluasi diri, tetapi juga cermin bagi kita untuk terus berbenah dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat yang telah mempercayakan suara mereka kepada kita.
Di kesempatan yang sama, Dr. Hatta Ridho menambahkan bahwa ruang demokrasi harus terbuka di semua tingkat pemerintahan, baik eksekutif maupun legislatif. Demokrasi yang sehat dan berkelanjutan hanya bisa terwujud jika ada transparansi dan kebebasan untuk berdialog, mendiskusikan masalah, dan mencari solusi bersama. Ketika ruang demokrasi mulai tertutup atau dibatasi, kita bisa melihat adanya sumbatan dalam sistem demokrasi itu sendiri. Saat rakyat merasa suaranya tidak didengar atau terhalang untuk mengungkapkan pendapat, ketidakpuasan ini bisa memicu ketegangan yang berujung pada aksi demonstrasi. Aksi demonstrasi sering kali menjadi cerminan dari kegelisahan masyarakat yang merasa saluran untuk menyampaikan aspirasi mereka tertutup atau diabaikan. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana kita, sebagai pemimpin dan wakil rakyat, merespons situasi ini. Di sinilah peran dialog menjadi sangat penting. Dialog yang terbuka, konstruktif, dan saling menghargai adalah bentuk kedewasaan politik yang harus kita utamakan.
Dengan mengedepankan dialog, kita menciptakan ruang untuk pertukaran ide, pendapat, dan kritik yang sehat. Dialog bukan hanya alat untuk meredakan ketegangan, tetapi juga sarana untuk membangun konsensus dan mencapai solusi yang adil bagi semua pihak. Kedewasaan politik tercermin dari kemampuan kita untuk mendengarkan, memahami, dan berkompromi demi kepentingan bersama.
Kegiatan ini ditutup dengan penyerahan piagam penghargaan kepada para narasumber oleh Program Director Roni Siregar, yang juga menjabat sebagai Station Manager di News and Rhythm Radio Online, diikuti dengan sesi foto bersama seluruh audiens yang hadir.(Ron)