MEDAN, 14 Juni 2025 – Program Talkshow Parlemen Goes to Campus, yang didukung penuh oleh Humas DPRD Provinsi Sumatera Utara, kembali digelar, kali ini menjadikan Universitas Deztron Indonesia sebagai tuan rumah. Acara ini dihadiri antusias oleh mahasiswa dan civitas akademika lainnya, membahas bagaimana perkembangan teknologi digitalisasi yang begitu pesat membawa perubahan besar dalam cara kita berkomunikasi dan berinteraksi.
Sebagai pembuka, Amy Mauliddya, Host NR Radio, menyoroti bagaimana generasi muda memandang nilai-nilai budaya di era digital. Digitalisasi memang membuka ruang tak terbatas bagi kemajuan, namun di sisi lain, hal ini juga menjadi tantangan serius bagi kelestarian identitas dan budaya nasional kita.
Menanggapi hal tersebut, Assoc. Prof. Dr. H. Yohny Anwar, S.E., S.H., M.M., M.H., Wakil Rektor I Universitas Deztron Indonesia, menegaskan bahwa identitas bangsa merupakan pilar penting yang harus terus dijaga dan diperkuat, terutama di tengah arus deras teknologi digital dan budaya global. Hal ini diungkapkannya dalam diskusi yang menyoroti dampak digitalisasi terhadap nilai-nilai kebangsaan dan persatuan. Ia juga menekankan pentingnya menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat bela negara kepada generasi muda. Namun, ia tak menampik tantangan besar yang muncul dari era digital, di mana informasi, baik yang benar maupun hoaks, menyebar dengan sangat cepat.
Senada dengan hal tersebut, Hendra Cipta, S.E., M.M., Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara dari Fraksi PAN Sumatera Utara, menyoroti bahwa digitalisasi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, ia membuka peluang untuk transparansi dan efisiensi komunikasi antara masyarakat dan pemerintah. Berbagai platform digital kini memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhan dan aspirasi secara langsung, memangkas birokrasi, dan mengakses informasi anggaran publik dengan mudah. "Ini merupakan langkah maju yang sangat positif dalam memperkuat interaksi pemerintah dengan rakyat," ujar Hendra.
Namun, di sisi lain, digitalisasi juga memfasilitasi masuknya budaya asing secara dominan, khususnya di ruang digital yang diakses oleh generasi muda. Fenomena ini menjadi kekhawatiran karena berpotensi mengikis identitas budaya lokal.
"Kita tidak bisa menghempang masuknya budaya luar karena tidak ada lagi batas negara dalam arus informasi," tegas Hendra. Ia menambahkan bahwa tantangannya adalah bagaimana Indonesia dapat mempertahankan kebudayaan lokalnya dan tidak terlalu terintervensi oleh budaya yang masuk. Bahkan, dengan digitalisasi, Indonesia seharusnya bisa memberikan pengaruh budaya ke luar, bukan hanya dipengaruhi.
Oleh karena itu, Hendra menekankan perlunya peran aktif dari berbagai pemangku kepentingan digital untuk memastikan bahwa digitalisasi justru memperkuat identitas bangsa dan persatuan. Pemerintah juga memiliki pekerjaan rumah besar untuk memastikan pemerataan akses teknologi dan internet, terutama di daerah-daerah yang belum terjangkau, sehingga seluruh masyarakat dapat memanfaatkan potensi positif digitalisasi sekaligus menjaga nilai-nilai kebangsaan.
Program talkshow berlangsung hangat dengan diisi berbagai pertanyaan dari para peserta diskusi yang hadir di Universitas Deztron Indonesia maupun pendengar yang mengikuti diskusi tersebut secara daring melalui www.newsandrhythm.com. Sesi tukar plakat dan foto bersama menjadi penutup kegiatan Parlemen Goes to Campus edisi, Sabtu, 14 Juni 2025.(Ron)